Jauh sebelum era digital, sablon manual atau screen printing adalah raja dari industri kaos. Teknik yang mengandalkan keahlian tangan ini masih sangat relevan hingga kini, terutama untuk produksi massal. Mari kita kenali lebih dalam seni di balik kaos-kaos band atau event yang ikonik.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Proses sablon manual menggunakan sebuah screen (kasa) yang telah dilapisi dengan emulsi peka cahaya. Desain Anda dicetak di atas film transparan, lalu disinarkan ke screen. Bagian yang terkena sinar akan mengeras, sementara bagian yang tertutup desain akan tetap lunak dan bisa disemprot air hingga berlubang, membentuk sebuah cetakan (stensil).
Screen kemudian diletakkan di atas kaos, tinta (biasanya jenis plastisol) dituangkan, dan diratakan menggunakan rakel (squeegee). Tinta akan melewati lubang pada screen dan menempel di kaos. Proses ini diulangi untuk setiap warna, karena satu screen hanya untuk satu warna.
Kelebihan Sablon Manual
- Sangat Awet: Tinta plastisol yang tebal menciptakan lapisan yang sangat kuat dan tahan lama.
- Warna Solid dan Cerah: Menghasilkan warna yang sangat pekat dan tidak tembus pandang.
- Efek Timbul Khas: Memberikan tekstur sablon yang khas dan terasa saat disentuh.
- Biaya Murah untuk Produksi Massal: Semakin banyak kaos yang dicetak dengan desain yang sama, semakin murah biaya per potongnya.
Kekurangan Sablon Manual
- Tidak Ideal untuk Desain Full-Color: Tidak bisa mencetak gradasi atau foto sekompleks sablon digital.
- Biaya Awal Mahal: Proses pembuatan film dan screen untuk setiap warna membuat biayanya mahal untuk pesanan satuan atau dalam jumlah kecil.
- Terasa Kaku: Lapisan tinta yang tebal terkadang membuat area sablon terasa lebih kaku.
Sablon manual adalah pilihan tepat untuk pesanan dalam jumlah besar dengan desain yang simpel (1-4 warna), seperti untuk seragam, merchandise event, atau brand dengan logo yang ikonik.